Arok Dedes ala Pram sungguh berbeda dengan kisah Ken Arok-Ken Dedes yang pernah dipelajari semasa SD-SMP-SMA dari buku-buku sejarah terbitan Orde Baru
Roman Arok Dedes bukan
roman mistika-irasional (kutukan keris Gandring tujuh turunan). Ini
adalah roman politik seutuh-utuhnya. Berkisah tentang kudeta pertama di
Nusantara. Kudeta ala Jawa.
Kudeta merangkak yang menggunakan banyak tangan untuk kemudian memukul
habis dan mengambil bagian kekuasaan sepenuh-penuhnya. Kudeta licik tapi
cerdik. Berdarah, tapi para pembunuh yang sejati bertepuk dada
mendapati penghormatan yang tinggi. Melibatkan gerakan militer (gerakan
Gandring), menyebarkan syak wasangka dari dalam, memperhadapkan
antarkawan, dan memanasi perkubuan. Aktor-aktornya bekerja seperti
hantu. Kalaupun gerakannya diketahui, namun tiada bukti yang paling
sahih bagi penguasa untuk menyingkirkannya.
Arok adalah simpul dari gabungan antara mesin paramiliter licik dan
politisi yang cerdik-rakus dari kalangan sudra/agrari yang merangkakkan
nasib menjadi penguasa tunggal tanah Jawa). Arok tak mesti
memperlihatkan tangannya yang berlumur darah mengiringi kejatuhan
Ametung di Bilik Agung Tumapel, karena plitik tak selalu identik dengan
perang terbuka. Politik adalah permainan catur di atas papan bidak yang
butuh kejelian, pancinganm ketegaan melempar umpan-umpan untuk
mendapatkan umpan besar. Tak ada kawan dan lawan. Yang ada hanya tahta
di mana seluruh hasrat bisa diletupkan sejadi-jadi yang dimau.
Pada akhirnya roman Arok-Dedes menggambarkan peta kudeta politik yang kompleks yang "disumbang" Jawa untuk Indonesia
Arok Dedes
by Pramoedya Ananta Toer
Penerbit : Lentera Dipantara
Paperback, 561 pages
Cetakan : 2015
Monday, September 19, 2016
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment