Max
Havelaar adalah sebuah novel karya Multatuli (nama pena yang digunakan
penulis Belanda Eduard Douwes Dekker). Novel ini pertama kali terbit
pada tahun 1860, yang diakui sebagai karya sastra Belanda yang sangat
penting karena memelopori gaya tulisan baru.[butuh rujukan]
Novel ini terbit dalam bahasa Belanda dengan judul asli "Max Havelaar,
of de koffij-veilingen der Nederlandsche Handel-Maatschappij" (bahasa
Indonesia: "Max Havelaar, atau Lelang Kopi Perusahaan Dagang Belanda")
Roman ini hanya ditulis oleh Multatuli dalam tempo sebulan pada tahun
1859 di sebuah losmen di Belgia. Setahun kemudian, tepatnya pada tahun
1860 roman itu terbit untuk pertama kalinya.
Di Indonesia,
karya ini sangat dihargai karena untuk pertama kalinya inilah karya yang
dengan jelas dan lantang membeberkan nasib buruk rakyat yang dijajah.
Max Havelaar bercerita tentang sistem tanam paksa yang menindas kaum
bumiputra di daerah Lebak, Banten. Max Havelaar adalah karya besar yang
diakui sebagai bagian dari karya sastra dunia. Di salah satu bagiannya
memuat drama tentang Saijah dan Adinda yang sangat menyentuh hati
pembaca, sehingga sering kali dikutip dan menjadi topik untuk
dipentaskan di panggung.
Hermann Hesse dalam bukunya berjudul:
Die Welt Bibliothek (Perpustakaan Dunia) memasukkan Max Havelaar dalam
deret buku bacaan yang sangat dikaguminya. Bahkan Max Havelaar sekarang
menjadi bacaan wajib di sekolah-sekolah di Belanda.
Max Havelaar
Penulis: Multatuli
Penerbit: MIZAN
Halaman: 480 Halaman
Tuesday, September 20, 2016
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment