Seabad lalu, kemanusiaan merupakan salah satu prinsip pemikiran penting
dari founding father Muhammadiyah Kiai Ahmad Dahlan. Sayang, generasi
penerus Muhammadiyah seperti telah melupakan etika welas asih yang
universal dan kontekstual dengan kondisi masyarakat Indonesia tersebut.
Bahkan,
gagasan kemanusiaan dan kebangsaan Kiai Ahmad Dahlan pernah dikhianati
oleh sebagian generasi penerus yang mengaku sebagai pewaris
Muhammadiyah. Mereka terjebak pada pengecilan makna gerakan perubahan
yang dimotori Kiai Ahmad Dahlan menjadi hanya sekadar gerakan penumpasan
TBC (takhayul, bidah, khurafat). Mereka pun terjebak pada pengulangan
atau sekadar mencontoh apa yang sudah pernah dilakukan Kiai Ahmad
Dahlan.
Ketika masih murni sebagai organisasi yang didasarkan
atas etika welas asih, Muhammadiyah memiliki sikap yang terbuka pada
modernitas. Muhammadiyah juga menunjukkan dengan nyata keberpihakan pada
kaum proletar. Karenanya, meski berbasis agama, gerakan Muhammadiyah
mengundang simpati banyak kalangan dari beragam latar belakang
sosio-budaya.
Namun, kini, mengapa gerakan reformasi kemanusiaan
Kiai Ahmad Dahlan, yang bersumber pada ayatayat kitab suci dan sunnah
Rasul, belakangan terkesan lebih terbatas pada sekadar kegiatan mencari
penempatan atau posisi politik? Pertanyaan besar inilah yang dicoba
dijawab Prof. Abdul Munir Mulkhan dalam buku ini, yang merupakan salah
satu karya tulis paling jujur dan komprehensif dalam memetakan berbagai
gagasan dan pemikiran Kiai Ahmad Dahlan.
Judul Kiai Ahmad Dahlan : Jejak Pembaruan Sosial dan Kemanusiaan
Penulis Abdul Munir Mulkhan
Penerbit Kompas
Tanggal terbit Mei - 2010
Kategori Biografi
Saturday, September 17, 2016
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment