"Mon lo' bangal acarok ja' ngako oreng Madura"
Pernyataan diatas diungkapkan oleh Gutte Bakir, seorang blater dan
jagoan di desanya, yang artinya kurang lebih adalah "jika tidak berani
melakukan carok jangan mengaku sebagai orang Madura.
Sebenarnya ada makna yang sangat dalam dari suatu tindakan yang disebut
carok yang terkesan sangat sadis ini. Carok bukan digunakan untuk
pencurian atau perampokan dengan kekerasan seperti begal. Carok juga
bukan pertikaian semacam tawuran ala anak SMA.
Carok merupakan perkelahian satu lawan satu yang dibelakangnya terdapat motif untuk membela dan menjaga harga diri.
"Ango'an poteya tolang etembang poteya mata"
Ungkapan diatas mempunyai arti "lebih baik mati daripada harus
menanggung perasaan malu", ini merupakan ungkapan bahwa harga diri
sangat dijunjung tinggi dan tidak mau sedikitpun adanya tindakan
pelecehan harga diri.
Namun tidak semua yang berbau Madura
selalu bernuasa hitam, karena sebenarnya kebudayaan Madura memiliki
nilai-nilai yang penuh harmoni, hal ini tercermin dari ungkapan dibawah
ini.
"Rampa' naong, baringen karong"
Artinya "suasana teduh penuh kedamaian layaknya berada di bawah pohon beringin yang rindang"
Oleh : Dr. A. Latief Wiyata
Penerbit : LKIS, 2002
Tebal : 278 halaman
Saturday, September 17, 2016
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment